Program Well-Being Hits? Begini Cara Bikin yang Disukai Karyawan Gen Z

Well-being di tempat kerja bukan soal template satu ukuran untuk semua—terutama jika karyawanmu adalah Gen Z. Generasi yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an ini tidak hanya mencari gaji. Mereka menginginkan tempat kerja yang peduli pada kesehatan mental, keseimbangan hidup, dan keterlibatan yang autentik.

Lalu, bagaimana caranya mendesain program well-being yang benar-benar cocok untuk mereka? Yuk, bahas langkah-langkahnya.

1. Jadikan Kesehatan Mental Prioritas Utama

Gen Z lebih terbuka soal kesehatan mental dibanding generasi sebelumnya. Agar relevan, programmu bisa:

• Sediakan akses konseling: Berikan sesi terapi gratis atau dengan subsidi.
• Libatkan mental health day: Duvet day, siapa takut? Beri mereka waktu rehat tanpa stigma.
• Ciptakan budaya suportif: Adakan workshop atau undang advokat kesehatan mental untuk diskusi.

Contoh: Aman bisa menjadi solusi dengan mempermudah akses karyawan ke terapi dan medical checkup tanpa ribet.

2. Fleksibilitas Adalah Kunci

Jadwal kaku 9-ke-5? Gen Z kurang tertarik. Tawarkan opsi seperti:

• Kerja remote atau hybrid: Beri kebebasan memilih tempat kerja.
• Jadwal fleksibel: Sesuaikan jam kerja dengan jam produktif masing-masing.
• Zona recharge: Sediakan ruang untuk istirahat, tidur siang, atau kegiatan kreatif.

Fleksibilitas ini tidak hanya meningkatkan semangat kerja, tetapi juga kepercayaan karyawan terhadap perusahaan.

3. Maksimalkan Teknologi untuk Keterlibatan

Sebagai generasi digital, Gen Z mengharapkan inovasi. Gunakan teknologi untuk:

• Gamifikasi tujuan well-being: Buat tantangan seru dengan poin untuk aktivitas sehat.
• Komunikasi efisien: Aplikasi untuk pembaruan, survei, dan feedback.
• Pengalaman virtual: Yoga online hingga aplikasi meditasi, semuanya bisa terintegrasi.

Tips: Buat program ini seru, simpel, dan menarik secara visual, seperti TikTok!

4. Rayakan Keberagaman dan Inklusi

Gen Z sangat menghargai keunikan dan inklusi. Pastikan programmu:

• Mengakomodasi kebutuhan beragam: Pertimbangkan perspektif budaya, fisik, dan neurodiverse.
• Opsi personalisasi: Biarkan karyawan memilih manfaat sesuai kebutuhan.
• Soroti inklusi: Rayakan berbagai hari besar atau buat kegiatan team-building inklusif.

5. Bangun Koneksi Lewat Komunitas

Gen Z butuh rasa memiliki. Fasilitasi peluang untuk terhubung:

• Grup berbasis minat: Buat klub atau channel Slack untuk hobi seperti olahraga, seni, atau gaming.
• Program relawan: Adakan CSR yang sesuai nilai mereka.
• Loop feedback reguler: Dengarkan suara mereka melalui survei atau diskusi terbuka.

6. Evaluasi dan Kembangkan Program

Apa yang berhasil hari ini mungkin tidak relevan besok. Tingkatkan programmu dengan:

• Memantau partisipasi: Tahu mana yang hits dan yang kurang diminati.
• Minta feedback: Rutin tanyakan apa yang dibutuhkan karyawan.
• Ikuti tren: Tetap update soal inovasi terbaru dalam dunia well-being.

Kesimpulan

Membangun program well-being itu butuh strategi, bukan sekadar usaha. Aman hadir untuk mempermudah pengelolaan asuransi kesehatan, manfaat mental health, hingga medical checkup. Siap 24/7, Aman memastikan kebutuhan karyawan terpenuhi tanpa ribet.

Program well-being yang relevan untuk Gen Z bisa mengubah budaya kerjamu. Dengan fokus pada kesehatan mental, fleksibilitas, inklusi, dan koneksi, kamu tidak hanya mempertahankan talenta terbaik tetapi juga menciptakan tim yang produktif dan bahagia.

Sudah siap bikin program yang Gen Z bakal suka banget?